Alhamdulillah ada beberapa mama yang berhasil lepas kompeng untuk anaknya, ada yang tidak lagi khawatir tentang produksi asinya, ada yang langsung stop sufor dan full ASI, dan ada yang berhasil relaktasi setelah anaknya bingung puting berkat bantuan komunitas kita. Pengalaman Relaktasi - Dwi Nuryani (32 th) Sukses Menyapih dengan Cinta
Aktris cantik Carissa Puteri ternyata sempat mengalami kendala saat harus memberikan air susu ibu (ASI) pada buah hati pertamanya, Quenzino Acana Naif. "Saat menyusui saya benar-benar pengorbanan banget. Anak sempat bingung, puting jadi harus relaktasi ulang. Sekarang saya bangga sudah berhasil lewati itu dan memberi ASI eksklusif selama enam bulan," kata Carissa usai acara
Sayamasih percaya bahwa apalah arti se mangkok daun katuk, se panci teh (yang katanya) pelancar ASI, se gallon mama soya, dan se toplles cookies ASI jika gak rajin menyusui langsung dan atau pumping. Diluar sana banyak busui yang berhasil memberi ASI sampe 2 tahun tanpa booster ASI apapun. Prinsip pengeluaran ASI adalah tergantung permintaan.
MenyambungSemula Penyusuan Ibu Relaktasi ialah proses penyambungan semula penyusuan susu ibu selepas susu berkurangan atau kering berikutan kurangnya atau tiada langsung penyusuan langsung selama beberapa minggu atau bulan. Relaktasi biasanya melibatkan 2 inisiatif :-Membawa bayi supaya mahu semula minum daripada payudara ibu.
Setelah2 hari dirawat, alhamdulillah adik kanaya mau menyusu di PD-ku, meskipun masih bingung puting tapi aku seneng bgt liatnya. Dan paginya, menyusul kakak kirana juga mau menyusu. Total 4 hari aku dan twins dirawat untuk melakukan relaktasi.. alhamdulillah relaktasiku bisa dibilang berhasil! Meskipun memang ASIku belum banyak keluar, tapi
Vay Tiền Trả Góp 24 Tháng. Ini karena bayi masih kesulitan untuk melekat pada payudara dan butuh bantuan tenaga kesehatan. Ibu tidak perlu khawatir akan hal ini. Susui bayi sesering mungkin agar ia terlatih dan terbiasa menyusu secara langsung. 2. Usia bayi Induksi laktasi akan lebih mudah ibu lakukan saat bayi baru lahir sampai usianya kurang dari 8 minggu. Pasalnya, saat usia bayi masih sangat muda, ia melatih diri untuk lebih dekat dengan ibunya sehingga pembiasaan menyusu dari payudara ibu lebih mudah. 3. Kondisi payudara ibu Induksi laktasi bisa berjalan dengan tidak lancar bila ada infeksi, luka, atau bentuk puting payudara ibu yang rata flat nipple. Namun, bukan berarti ibu tidak bisa menyusui bayi secara langsung. Ibu bisa menyembuhkan infeksi atau perawatan puting payudara terlebih dahulu dengan konselor laktasi. Seiring berjalannya waktu, ibu bisa menyusui si kecil kembali. 4. Kemampuan ibu berinteraksi dengan bayi Mencoba menyusui bayi yang bukan dari dalam kandungan sendiri, mungkin membuat perasaan ibu kurang dekat. Namun, kemampuan ibu berinteraksi dengan bayi juga bisa memengaruhi keberhasilan induksi laktasi. Meski bukan anak kandung, bila ibu memberikan rasa kasih sayang terhadap bayi, ia akan merasakan hal yang sama. Si Kecil akan merasa ibu sangat menyayangi dan membutuhkannya. 5. Rutin melakukan skin-to-skin Kontak kulit dengan bayi skin-to-skin meski tidak sedang menyusu bisa meningkatkan keberhasilan induksi laktasi. Anda bisa mencoba metode kangguru dengan menempatkan bayi di atas dada, lalu tidur bersama. Lakukan ini saat siang atau malam hari, dekap tubuh si Kecil agar bayi merasa nyaman dan aman dekat Anda. Hal yang perlu dilakukan jika induksi laktasi tidak berhasil Mungkin Anda merasa kecewa saat semua usaha untuk menyusui bayi secara langsung sudah dilakukan,tetapi tidak ada yang berhasil. Hindari memaksa bayi untuk menyusu karena akan membuatnya trauma dan tidak nyaman. Anda bisa mencari donor ASI atau memberikan susu formula pada bayi dengan alat bantu. Mengutip dari IDAI, ibu bisa menggunakan alat bantu berupa pipa nasogastrik selang NGT. Lalu, sisi lainnya bisa ibu tempelkan di payudara. Ibu bisa mengontrol aliran susu dengan menaikkan dan merendahkan cangkir saat bayi menyusu. Sebenarnya, produksi ASI yang Anda hasilkan dari induksi laktasi mungkin tidak sebanyak ibu yang mengalami kehamilan. Ini karena ibu yang melakukan induksi laktasi tidak mendapat pengaruh hormon kehamilan. Namun, ibu tetap bisa rutin memerah ASI dan menyusui si Kecil untuk mendapat hasil yang cukup. Tidak perlu berkecil hati bila produksi ASI terasa sedikit, ibu masih bisa memberikan gizi dan nutrisi bayi dari donor ASI atau susu formula.
Tidak ada jaminan kisah menyusui seorang ibu akan berjalan semulus kulit bayi. Ada kalanya harus berhenti memberikan ASI karena berbagai faktor. Ketika akan memulai kembali, itu disebut fase relaktasi. Kabar baiknya, ini adalah hal yang sangat mungkin dilakukan. Relaktasi berarti memulai kembali menyusui bayi setelah periode tanpanya. Ekspektasi ibu harus realistis. Jangan lupa, sertakan support system terbaik agar tidak mudah merasa bersalah dan menghakimi diri sendiri. Faktor yang berpengaruh Tidak ada patokan berapa lama seorang ibu bisa kembali sukses menyusui buah hatinya. Ada yang perlu waktu beberapa minggu, ada pula yang lebih lama. Beberapa faktor yang turut berperan dalam kesuksesan relaktasi adalah Usia bayi Semakin kecil usia bayi, kemungkinan suksesnya relaktasi pun kian besar. Tingkat kesuksesan tertinggi ada pada ibu yang memiliki bayi berusia 3-4 bulan. Frekuensi Seberapa sering seorang ibu menyusui dan memerah ASI juga tak kalah penting. Faktor fisiologis yang paling krusial adalah seberapa sering payudara mengosongkan ASI. Ini akan memberikan sinyal ke otak untuk segera memproduksi ASI. Suplai ASI Jumlah dan konsistensi suplai ASI pada masa sebelum berhenti menyusui juga berperan. Apabila suplainya terjaga dengan baik, akan jauh lebih mudah melakukan relaktasi. Edukasi Ibu yang paham betul tentang relaktasi akan lebih teredukasi dan siap dengan berbagai aspeknya. Ini juga berlaku pada orang-orang sekitar yang turut berperan mulai dari pasangan, orangtua, pengasuh, kerabat, dan siapapun yang ada di lingkaran terdekat. Semua harus paham apa itu relaktasi. Dukungan Mengingat proses ini tidaklah mudah, perlu ada dukungan dari orang-orang terdekat. Bukan hanya dari konselor laktasi, namun juga keluarga dan teman-teman. Ini juga berlaku untuk dukungan dari pekerjaan. Sebab, relaktasi juga memungkinkan sang ibu untuk mengambil cuti dari pekerjaan untuk sementara. Baca Juga10 Manfaat Kurma untuk Ibu Menyusui, Wanita Wajib TahuPenyebab Ibu Menggigil Kedinginan Setelah Melahirkan atau Saat MenyusuiKenali Gejala dan Bahaya Mastitis Payudara untuk Kepentingan Si Kecil Berapa lama prosesnya? Tubuh setiap individu akan merespons berbeda saat menjalani relaktasi. Namun, perubahan awal akan terlihat setelah mencoba selama 2 minggu. Beberapa pakar juga meyakini durasi ini bergantung pada berapa lama anak berhenti menyusu langsung. Rata-rata pada sebagian besar kasus, relaktasi sepenuhnya perlu waktu sekitar 1 bulan hingga berhasil. Namun tetap, ini bukanlah patokan mutlak. Jika prosesnya berlangsung lebih lama dari 1 bulan pun, ibu tak perlu menyalahkan diri sendiri. Di sinilah pentingnya dukungan serta pemahaman bahwa relaktasi bukan hal yang bisa dibanding-bandingkan. Proses menyusui adalah perjalanan yang begitu fleksibel. Terlebih bagi ibu yang sebelumnya sudah menyusui, tentu jadi lebih mudah untuk kembali ke pola sebelumnya. Lalu, berikut ini beberapa strategi sukses relaktasi 1. Perah atau menyusui sesering mungkin Suplai ASI sangat bergantung pada seberapa sering payudara dikosongkan. Baik lewat menyusui langsung maupun memerah ASI. Semakin sering payudara kosong tuntas, tubuh akan segera memproduksi ASI untuk mengisinya kembali. Jadi, lakukan hal ini pada tahap awal relaktasi. Meski hanya ada beberapa tetes ASI atau bahkan tidak ada sama sekali, tetap lakukan. Dalam satu minggu, akan terlihat perbedaannya. Stok kesabaran harus diperbanyak ketika berada di fase ini. 2. Pilih waktu yang tepat Dibandingkan dengan memerah ASI, terkadang relaktasi dengan cara menyusui langsung rentan penolakan. Wajar, sebab bayi sedang terbiasa dengan metode menyusu lain semisal dari sendok, pipet, atau botol dot. Ada fenomena yang disebut dengan bingung puting. Oleh sebab itu, pilih waktu yang tepat untuk menawarkan menyusui langsung. Contohnya sebelum tidur, setelah mandi, atau ketika sedang melakukan skin-to-skin. Memberikan ASI ketika mereka setengah terlelap juga bisa menjadi pilihan tepat. 3. Perlekatan yang tepat Menyusui bukan sesederhana menempelkan payudara ke mulut bayi saja. Perlu ada perlekatan antara lidah dan mulut bayi ke arah areola payudara. Teknik hisapannya pun khusus agar bisa efektif mengeluarkan ASI. Kemudian, ibu perlu menyusui secara responsif sesering mungkin. Ketika masih kesulitan dengan proses perlekatan ini, jangan segan meminta bantuan konselor laktasi. Ahlinya akan membantu melihat di mana kekurangan dari proses perlekatan dan memperbaikinya. 4. Tetap berikan sumber nutrisi lain Ketika proses relaktasi berlangsung, sebaiknya tetap berikan sumber nutrisi lain apapun itu bentuknya. Mungkin lewat ASI perah yang diberikan lewat media lain, atau susu formula. Ini penting agar kebutuhan nutrisi seiring dengan pertumbuhan bayi tetap terpenuhi. 5. Bangun ikatan Ikatan antara ibu dan bayi sungguh luar biasa. Oleh sebab itu, jangan segan menyampaikan kepada si kecil tentang proses relaktasi ini. Mereka bisa mengerti afirmasi positif yang disampaikan ibunya. Selain dengan kata-kata, lakukan juga kontak langsung seperti berpelukan, skin-to-skin, atau bermain bersama sesering mungkin. Ini dapat memproduksi prolaktin yang bisa meningkatkan suplai ASI. 6. Jangan ragu mencoba Ada banyak sekali tips untuk membantu suksesnya relaktasi. Ibu tak perlu ragu mencoba, bahkan mulai dari hal sederhana sekalipun. Contohnya dengan sedikit memijat payudara sehingga ASI keluar sebelum menempelkannya ke mulut bayi. Banyak opsi yang ada, tak ada salahnya mencoba. Tak kalah penting, jangan membuat ekspektasi terlalu tinggi saat menjalani proses relaktasi. Ini justru akan membuat prosesnya rentan gagal dan memicu frustrasi. Tetap sabar dan konsisten mencoba. Baca JugaBayi Menggigit Saat Menyusu? Ini 7 Penyebab dan Cara MengatasinyaJus Pare untuk ASI, Sudah Terbukti untuk Melancarkan?Mengenali Kondisi Kesehatan Lewat Warna Pup Bayi Pup Berwarna Hitam, Bahaya atau Tidak? Ingat pula bahwa menyusui dengan cara langsung, lewat media lain, atau memberikan susu formula, bukan penentu apakah Anda ibu yang berhasil atau tidak. Sumber kedekatan atau bonding dengan si kecil juga bukan hanya diukur dari proses ini saja. Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar proses relaktasi dan potensi kegagalan yang perlu diantisipasi, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Sebagaimana ibu-ibu lainnya saat menyusui, pasti bermunculan problem satu persatu. Salah satu problem yang paling ditakuti yaitu adalah bingung puting. Berawal dari masa cuti kerja saya yang sudah habis, akhirnya saya memutuskan menggunakan dot untuk meminumkan ASI untuk anak saya. Awalnya anak saya biasa-biasa saja dan tetap mau menyusu secara langsung, namun di hari kedua saya kembali kerja, saya menemukan fakta bahwa ia tidak mau lagi menyusu dengan saya secara langsung. Rasanya jangan ditanya, patah hati sekali. Saya berusaha berpikir positif, saat itu anak saya sedang dalam kondisi mengantuk sehingga tidak mau menyusu langsung dengan saya. Saya pun merelakan anak saya menyusu menggunakan dot. Akan tetapi, di hari-hari selanjutnya ternyata ia tetap menolak dan malah menangis kencang setiap saya berusaha memaksakan menyusui langsung. Saya merasa sangat panik. Saya merasa khawatir jika ia tidak menyusu langsung dengan saya, akan mempengaruhi supply and demand ASI di tubuh saya. Saya tidak mau anak saya ketergantungan dengan dot, dan saya tidak siap menjadi mama pumping. Hari demi hari pun saya lalui tanpa menyusui langsung dengan anak saya, dan stok ASIP di kulkas yang semakin menipis karena saya harus berkejar-kejaran stok setiap harinya. Saya pun berdiskusi dengan suami saya bagaimana cara mengembalikan agar anak saya lupa dengan dot dan mau menyusu langsung dengan saya lagi. Kami pun sepakat setelah saya resign dari pekerjaan, saya dan suami harus bisa membuat buah hati kami mau kembali menyusu secara langsung. Saya tidak siap menjadi mama pumping karena saya merasa tidak punya waktu banyak untuk bisa pompa asi terus-terusan sementara saya juga harus menjalankan peran jadi ibu rumah tangga. Saya pun mencari tahu dan membaca berbagai bacaan untuk mengetahui metode yang tepat agar meminimalisir rasa trauma dan tidak menyiksa bayi. Saya pun menemukan bahwa ada satu metode yang dinamakan Relaktasi. Relaktasi adalah praktik menyusui kembali bayi langsung ke payudara setelah dalam kurun waktu tertentu tidak menyusui atau menyusui secara parsial mencampur pemberian ASI dengan makanan / minuman selain ASI karena alasan tertentu. Relaktasi dapat dilakukan dengan diawali niat yang kuat untuk kembali menyusui. Ajak pasangan dan anggota keluarga serta orang-orang terdekat untuk mendukung ibu melakukan relaktasi. Semakin muda usia bayi, semakin mudah relaktasi dilakukan dan berhasil. Setelah membaca-baca mengenai relaktasi, saya dan suami pun sepakat untuk mempraktekannya. Hari itu pun tiba, hari yang telah saya dan suami sepakati untuk melakukan relaktasi. Setelah melalui satu hari yang terasa panjang, akhirnya boleh dikatakan usaha relaktasinya berhasil. Hari-hari selanjutnya pun akhirnya bayi saya mau menyusu langsung dengan saya. Nah, buat Moms yang juga ingin melakukan relaktasi, saya akan share Beberapa tips dan langkah yang bisa moms lakukan di rumah ya 1. Pastikan saat melakukan relaktasi ini, Moms mendapatkan dukungan penuh dari suami. Jika di rumah ada anggota keluarga lainnya, minta mereka untuk mendukung usaha Moms ya! Berikan juga alasan mengapa Moms ingin kembali menyusui langsung dan tidak menggunakan dot lagi. 2. Bulatkan tekad dan niat. Percayalah Moms tanpa tekad dan niat yang kuat tidak akan berhasil jalannya relaktasi. 3. Jauhi dot dan perbanyak skin to skin. Usahakan lakukan skin to skin sesering mungkin, semisal sehabis mandi, sebelum tidur, saat main, dan lain sebagainya. Moms bisa menggunakan kimono dan menggendong anaknya menggunakan babywrap dan berpelukan skin to skin. 4. Perbanyak sabar. Wajar jika diawal proses, anak Moms menangis atau bahkan mengamuk menolak tidak mau menyusu. Jangan dipaksa ya Moms, nanti bisa timbul trauma. Gendong dan tenangkan dulu, baru setelah tenang proses menyusui bisa diulang lagi. Proses ini akan memakan waktu dan kesabaran serta keteguhan hati untuk tidak lagi memberikan dot kepada anak ya Moms. Saat itu saya dan suami sepakat jika hingga 3 jam anak kami tidak juga mau menyusu, maka kami harus mengalah pada dot. Namun ternyata tidak! Sebelum 3 jam, anak kami akhirnya mau menyusu. 5. Sounding. Sounding adalah kunci keberhasilan juga dalam proses relaktasi. Saya terus membisiki anak saya agar ia kembali mau menyusu dengan saya. Bisikkan kalimat sayang dan semangati ia agar kembali bisa menyusu langsung. Terlihat mudah kan ya Moms? Hihi walau praktiknya tidak semudah itu, tapi Moms bisa mencoba dan mempraktekannya sendiri di rumah loh. Tapi jika Moms tidak kunjung berhasil melakukan relaktasi di rumah, jangan ragu Moms bisa berkunjung dan konsultasi ke dokter laktasi yang ada di kota Moms ya! Yuk download aplikasi Babyo di Android & iOS dan bergabung dengan ribuan Moms lainnya untuk saling berbagi cerita dan mendapatkan rewards! You really don't want to miss out!
Sejak hamil Saya sudah mengumpulkan banyak ilmu seputar per-ASI-an. Saya pahami dan yakini kalau anak kami bisa mendapatkan ASIX sampai 2 tahun, kami pun sudah menyiapkan segala peralatan perangnya, botol kaca dan plastik ASIP sudah distok sangat banyak, pompa ASI, Cooler Bag, Ice Pack, bahkankami juga mengganti kulkas 1 pintu kami dengan kulkas 2 pintu yang freezernya bisa tahan 8 jam kalau mati listrik, maka Saya pikir persiapan kami ini sudah matang dan Saya sudah siap menjadi Ibu. Setelah melahirkan, tibalah saat paling “menyenangkan” untuk Saya, sampai-sampai Saya merasa ternyata begini ya rasanya menjadi Ibu baru. Jahitan masih sakit, tenaga masih sangat lemah, kelelahan saat melahirkan, kurang tidur, baru mau memejamkan mata tiba-tiba anak nangis mau nyusu, puting lecet, PD bengkak, dll. SAKIT! Saya menjadi stress sehingga sempat ASI nya tidak keluar. Siapa bilang menyusui itu mudah?Suatu saat anak Saya nangis tidak berhenti2, sudah disusui berjam-jam, berpindah dari payudara kanan ke kiri ke kanan lagi, tetap saja menangis, Saya panik! semakin panik semakin merasa terpuruk, menyalahkan diri sendiri, merasa ASI Saya kurang! kesalahan terbesar dalam hidup Saya. Akhirnya setiap kali anak Saya tidak puas menyusu,Saya ambil stok ASIP di freezer, saat itusudah terkumpul +-12 botol, semakin hari stok ASIP di freezer semakin berkurang, Saya pun tidak lagi sempat menyetok ASIP karena anak Saya sedang lahap-lahapnya menyusui. Dan akhirnya stok ASIP pun habis. Akhirnya Saya putuskan untuk membeli sufor, dan berlanjutlah ASI mix sufor usia 1,5bln. Pupus sudah harapan Saya untuk memberi ASIX selama 2 tahun untuk anak Saya. Kala itu Saya tidak tau bahwa anak Saya sedang mengalami Growth Spurt, terbuktilah ternyata ilmu Saya masih sangat kurang mengenai per-ASI-an. Kehidupan berlangsung normal, Saya sudah mulai ceria, ga sakit lagi, ga lelah lagi, Alhamdulillah, Saya semakin menyayangi anak Saya. Sampai akhirnya setiap kali Saya mau menyusui, anak Saya menolak, menjerit, bahkan menangis kalau mau disusui. Astaghfirullah apa lagi ini? Usia anak Saya masih 4 bulan saat itu, akhirnya hanya sufor saja yang masuk, saya pompa ASI hanya saat penuh saja supaya ga bengkak sudah mulai melupakan management ASIP. Lama-lama Saya terlena dengan sufor, dan akhirnya stop pumping. Lagi-lagi Saya ga tau bahwa anak Saya mengalami bingung puting akibat penggunaan dot ini baru Saya ketahui setelah bergabung dengan komunitas EPING. Saat anak Saya usia 6 bulan, tiba2 ada perasaan bersalah saat melihat anak lain yang sedang minum ASI, ya Allah Saya mau relaktasi! Sudah terfikir untuk datang ke klinik laktasi, namun setelah tau biayanya, Saya mundur.. karena saat itu kondisi ekonomi keluarga kami sangat pas-pas an. Akhirnya Saya browsing cara-cara relaktasi tanpa bantuan dokter. Saya membaca bahwa seorang wanita yang mengadopsi anak saja bisa mengeluarkan ASI, jadi Saya optimis pasti bisa! Saya membaca blog seorang dokter, disana Saya mendapatkan info ternyata bisa tanpa bantuan dokter asalkan saat aerola dipencet ASInya masih keluar walau sedikit, YESS!! Saya coba, walau ga disusuin langsung, hanya marmet memerah dengan tangan, prosesnya kurang lebih 1 bulan sampai akhirnya berhasil mengumpulkan 2 botol dalam waktu 24 jam ASI diperah tiap 2 jam, dikumpulkan dalam 24 jam, Saya senang sekali, walaupun ga bisa full ASI, tapi anak Saya masih bisa mencicip ASI setiap hari. Terus mengandalkan marmet/pumping sampai usia anak Saya 8 bulan. Sampai akhirnya ada masalah di kantor Saya, yang membuat Saya tidak bisa lagi konsisten pumping 2 jam sekali, akhirnya Saya menyerah, Saya lelah menjadi EPING Exclusive Pumping. Anak saya pun full sufor kembali. Saat usia anak Saya 11 bulan, masuklah saya ke komunitas Exclusive Pumping Mama Indonesia, disana sangat banyak ternyata ibu-ibu yang tidak bisa menyusui langsung ke anaknya, hanya mengandalkan pumping, stok ASIP, tapi mampu mengASIhi anaknya sampai usia 2 tahun, SALUT! Saya gemetar, merinding sendiri, dan menyesal lagi, kali ini lebih terpuruk, penyesalannya lebih parah dari sebelumnya, kenapa waktu itu Saya menyerah? Kenapa ga dari dulu Saya menemukan komunitas ini? Tangisan pun pecah kembali. Tapi hebatnya, di komunitas tersebut banyak motivasi, banyak bimbingan, banyak yang menyemangati, akhirnya Saya bangkit, dengan niat untuk relaktasi yang kedua kalinya, awalnya Saya pesimis karena sudah 4 bulan stop pumping dari usia anak Saya 8 bulan sampai 11 bulan, tapi Allah maha kuasa, saat Saya pencet ASI masih keluar walau diujung saja JAkhirnya Saya jalani kembali cara relaktasi yang pernah Saya lakukan sebelumnya, Alhamdulillah dalam waktu +-3 bulan usia anak Saya 14 bulan, dalam 1 sesi pumping kanan dan kiri saya bisa mendapatkan 30ml ASIP untuk anak Saya. Kedepannya, apabila Saya diizinkan untuk memiliki anak lagi, Saya akan menebus kesalahan Saya ini, dengan mencari ilmu yang lebih banyak lagi dari sebelumnya, karena ternyata menyusui itu tidaklah semudah yang dibayangkan, dan banyak sekali ilmu yang harus dipelajari untuk bisa mengASIhi Kisah inspiratif oleh Bunda Rani A Abiyudha
Tinggal beda kota dengan Ibu sejak duduk di bangku SMP ibarat sudah menjadi makanan sehari-hari bagiku, sampai saat aku sudah bekerja sekarang. Rasa rindu pada Ibu yang menggebu memang tak terelakkan, jika hal-hal yang tak menyenangkan datang. Dan pada saat itu, pelukan ibu cenderung lebih melegakan sekaligus menenangkan. Salah satu hal yang juga sangat kita dambakan. Tapi hidup itu pilihan, kan ya? Ada dua sisi yang tak mampu dihindari saat kita sudah menentukan pilihan. Tak jarang banyak hal yang tak kita sukai dan kerap pula tak sedikit hal yang pantas disyukuri. Nah, inilah beberapa momen yang patut kita syukuri sebagai anak saat situasi tak memungkinkan untuk bisa terus-menerus melakukan aktivitas bersama Ibu, sosok luar biasa yang tak henti berdoa untuk kebaikan dalam hidup kita. 1. Ketika memasak bersama Ibu saat pulang ke kampung halamanRitual pagi hari yang mau tak mau kita lakoni, membantu Ibu di dapur. Jika di tanah rantau, kita cenderung memilih cara yang praktis apalagi soal mengisi perut. Kita tak mau repot dengan pergi ke pasar, memasak lalu menikmati hasil olahan sendiri. Ah, bagi sebagian perempuan, proses itu cenderung kurang efisien dari segi waktu. Ya, efek positifnya memang kita bisa belajar sisi efektif juga ditunjang dengan maraknya penggunaan aplikasi pesan antar makanan online yang iklannya hampir tiap hari kita jumpai di jalan dan tayang sebagai iklan di televisi. You all know guys, pada saatnya nanti, setiap perempuan akan menjadi Ibu. Memasak adalah salah satu skill yang harus dan mau tak mau kita lakukan. Jika di kampung halaman, sepatutnya kita membantu meringankan salah satu pekerjaan rutin Ibu, acap kali, kita kurang percaya diri tentang kemampuan kita dalam masak-memasak. Ah, bukankah tahap belajar itu dimulai ketika fase terpaksa’? Nah, dengan membantu Ibu memasak, kita secara langsung belajar memasak. Mulai dari mengupas bahan-bahan yang akan dimasak, mencuci sayuran dan mengolahnya jadi makanan yang siap Ketika berbelanja bersama IbuBagi anak rantau yang disibukkan dengan urusan pekerjaan atau perkuliahan, waktu hangout bersama Ibu menjadi momen mahal nan jarang. Hal itu akan menjadi kenangan yang senantiasa dirindukan. Jika di tanah orang kita cenderung mandiri, apa-apa dilakukan sendiri. Pun begitu juga dengan ibu yang tinggal di kampung halaman. Tak ada anak yang memboncengkan dengan motor dan tak ada yang menemani ke sana ke mari termasuk berbelanja kebutuhan Ketika aku berbagi cerita ke IbuRasa rindu pada Ibu tak melulu reda lewat pelukan. Tak jarang, ia menjelma menjadi sikap sabar seorang Ibu tatkala menghadapi celoteh dan ceriwis anaknya dalam bercerita. Ya, bercerita tentang apapun; pengalaman, pekerjaan, harapan, keluh-kesah, hobi, mimpi, seseorang yang sedang disukai atau yang lainnya. Bersama Ibu, tempat paling nyaman dan terpercaya dalam menampung cerita. Beliau akan dengan senang hati mendengarkan, memberi masukan, dan sesekali menegur jika ada hal-hal yang menurutnya kurang pantas Ketika makan di luar bersama IbuSebagai anak rantau, semestinya aku bersyukur jika Ibu kerap menjenguk di kota tempatku menghidupkan mimpi dan memperjuangkan apa-apa yang pantas untuk diusahakan semaksimal mungkin. Ibu dengan sikap legawanya memahami jika saat-saat tertentu aku tak selalu bisa pulang. Beliau cenderung mengalah untuk menyambangiku di sini, kota di mana aku menemukan passion yang ingin bersama, meski di warung pinggir jalan nan sederhana dengan rentang waktu seminggu sekali bahkan dua minggu sekali memang membahagiakan. Memang momen itu penting, tetapi tentang siapa yang menemani itu juga tak kalah penting. Hmm, tentunya Ibu yang kita harapkan untuk selalu ada di setiap hari saat kita bangun tidur dan menjadi sosok penting yang kita pinta doa sekaligus ridho tanpa Ketika menemani Ibu menghadiri undangan pernikahanMenjadi anak yang belum menggenap alias menikah dengan waktu yang juga tersedia dan jadwal kerja yang hanya lima hari saja. Hal itu membuat Ibu tak jarang memintaku untuk menemaninya datang ke momen sakral anak temannya masa sekolah dulu. Tak tega membiarkan beliau hadir sendiri, tanpa ada yang menemani dan mengantar, membuatku melapangkan hati untuk menyanggupi. Rasa keengganan kusembunyikan perlahan demi Ibu yang sangat berjasa dalam kehidupan. “ “Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.” ”
pengalaman ibu yang berhasil relaktasi